Gambar

Gambar

Kamis, 26 Maret 2015

Ajaran Hindu Dharma tentang Ketuhanan

Oleh :
Muhammad Sairi
Dan Fauzan Hilmi
Aulia Adibah
Rayyan Adhela Anwar



a. Konsep ketuhanan/Dewa dalam Agama Hindu

Sebagaimana telah di sebutkan dalam panca sradha agama hindu bahwa mereka mempercayai akan adanya Tuhan/Dewa.
Brahmana pada dasarnya merupakan ajaran teologi yang secara sentral berbicara tentang hubungan zat tuhan sebagai prima kausa bagi kejadian segala alam dan isinya. Ajaran ini pada hakikatnya meliputi keyakinan akan adanya penguasa tunggal atas segala jagat raya ini yang memungkinkan tuhanlah satu-satunya Brahman yang menguasai alam ini. sebagai manusia juga berada dalam kekuasaannya. Brahmanalah yang menjadikan segala yang ada, sekaligus Brahman ada pada segala kejadian yakni alam dan seisinya.
 b. Trimurti
apa itu trimurti?
Mayoritas orang menyebut trimurti dengan “trinitas” atau (tritunggal), dari India, tetapi bukan dalam artian trinitas dalam agama kristen, itu sudah berbeda sekali pengertiannya. Yang artinya tiga Tuhan dalam kepribadian yang berbeda. Trimurti itu sebentuk usaha dalam menyatukan, mewujudkan sesuatu. (brahma, shiwa dan wisnu). Dalam hal ini brahma yang menjadikan dunia, wisnu yang memelihara dunia dan siwa yang menghancurkan/merusak dunia.

Dewa Brahman 
Dewa Brahma Menurut ajaran agama Hindu yang dipandang sebagai salah satu Brahman (sebutan Tuhan dalam konsep Hinduisme), yang bergelar sabagai Dewa Pencipta. Dewa Brahma juga dijuluki sebagai Dewa Pengetahuan dan Kebijaksanaan. Perwujudan yang dimiliki Dewa Brahma yaitu bermuka empat, dimana setiap muka menunjuk pada arah mata angin, memiliki empat tangan, menunggangi angsa atau duduk diatas teratai. Dewa Brahma memiliki siklus hidup yaitu 100 tahun kalpa dimana 1 kalpa adalah 3.110.400.000.000 tahun.

Dewa Wisnu
dalam ajaran Hindu, Dewa Wisnu bergelar sebagai shtiti atau Dewa Pemelihara yang melindungi segala sesuatu yang sudah diciptakan oleh Brahman. Dewa Wisnu memiliki perwujudan yaitu bertangan empat sama halnya seperti Dewa Brahma, memiliki warna kulit yang kebiruan bahkan cenderung biru gelap, memakai mahkota dan memakai sepasang giwang. Dewa Wisnu juga selalu membawa empat benda yaitu terompet kulit kerang (panchajanya), cakram (sudharsana), gada (komodaki), dan bunga lotus.

Dewa Siwa
dalam ajaran agama hindu  merupakan salah satu dari Trimurti. Dewa Siwa bertugas sebagai penghancur atau pelebur alam semesta dan isinya. Dewa Siwa bertugas melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tak layak di dunia fana lagi sehingga segala sesuatu itu harus di kembalikan ke tempat asalnya. Perwujudan Dewa Siwa yaitu bermata tiga (trinetra), terdapat hiasan pada kepalanya yang berbentuk bulan sabit, memakai ikat pinggang dari kulit harimau dan terdapat ular kobra yang melilit di lehernya.

Para Dewa Hindu memiliki simbol yaitu berupa huruf. Dilihat dari simbol hurufnya, ketiga dewa ini memiliki makna yang istimewa. Dewa Brahma memiliki simbol huruf “A”, Dewa Wisnu memiliki simbol huruf “U”, dan Dewa Siwa memiliki simbol huruf “M”. Apabila ketiga huruf ini disatukan, akan menjadi 1 kata yaitu “AUM” atau dibaca “OM (ॐ)” yang merupakan simbol suci bagi umat agama Hindu.


  c. Sembahyang
Terdapat penekanan yang mensentralkan Meditasi sebagai jalan untuk  mengembangkan interioritas kontemplatif.
Kontemplasi adalah jalan terakhir sembahyang dalam Vedanta dn dalam sistem Hindu pada umumnya. Disini kitab Upanishad hanyalah sebagai persiapan, membangkitkan pengalaman bathin.
Seorang guru merupakan seorang master kehidupan batin, oleh karena itu Meditasi dengan dibantu oleh seorang guru, yang mengkomuniukasikan kepada Roh.
Setelah proses meditasi semakin menyatu, yaitu mengarah pada kesadaran advaitic, barulah ia dapat mengenal Tuhan secara langsung.

Sedangkan Sembahyang atau Doa dengan mantra suci di dalam Agama Hindu  salah satunya yang tertinggi adalah Mantra Gayatri (di Bali adalah sembahyang Tri Sandhya) yang dipanjatkan 3 kali sehari, pagi / subuh, siang dan sore menjelang malam. Mantra bisa diucapkan bersuara atau diucapkan di dalam hati  sambil menghayati makna / arti mantra tersebut yang ditujukan kepada cahaya cemerlang Tuhan Yang Maha Esa, mantra diulang-ulang beberapa kali (japa), idealnya 108 kali. Umumnya mantra ini dilakukan secara pribadi, lebih baik dilakukan pada waktu dan tempat yang sama / teratur, misalnya kalau setiap pagi selalu dilakukan tepat jam 5 pagi, sore harinya tepat jam 6 petang.
Posisi japa mantra bisa duduk bersila / bersimpuh, duduk di kursi atau berdiri, bisa menggunakan Japa Mala (Tasbih) menghadap timur atau utara. Bagus menghadap ke timur karena matahari terbit dari timur serta menghadap searah dengan putaran bumi yang juga ke timur.
Namun kita tidak boleh memperlakukan Mantra Gayatri secara sembarangan, hati kita harus selalu murni dan di tempat yang suci dan melafalkan mantra dengan benar serta pemahaman arti mantra.
Mantra ini mempunyai potensi yang tidak terbatas dan merupakan formula yang penuh vibrasi. Mantra Gayatri mempunyai kekuatan yang luar biasa dan tidak terhingga, kekuatan yang sungguh menakjubkan, Gayatri menyelamatkan orang yang mengucapkannya. Mantra Gayatri ditujukan kepada Tuhan yang imanen transenden (Tuhan yang berada dalam kesadaran segala makhluk dan segala sesuatu, tetapi juga melampaui sesuatu).
Mengidungkan Mantra Gayatri membentuk, mengembangkan dan mempertajam kecerdasan dan kemampuan akal budi manusia.







Rabu, 18 Maret 2015

Sejarah Perkembangan dan Kedatangan Hindu-Budha di Indonesia




A. Kedatangan awal dan pembawanya (analisis teori – teori)
• Agama Hindu-Budha tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi kita, karena kedua agama tersebut mempengaruhi perkembangan awal sejarah Indonesia.
• Agama Hindu merupakan suatu kepercayaan yang diciptakan oleh bangsa Arya yaitu bangsa pengembara dari utara yang masuk ke India melalui celah Kaibar dan menduduki lembah sungai Gangga dan Yamuna. 
• Agama Hindu bersifat polytheisme dengan dewa utamanya Trimurti yang terdiri dari Brahma, Wisnu dan Syiwa. Adapun kitab sucinya adalah Weda.
• Sedangkan agama Budha muncul setelah agama Hindu. Awalnya hanya sebagai suatu ajaran dalam rangka mencari kebenaran yang dilakukan pertama kali oleh Sidharta. Yang dikenal dengan Sidharta Gautama. Orang yang tercerahkan.[1]
Teori Brahmana dikemukakan oleh J.C Van Leur
-karena hanya kaum brahmana yang mengacu kitab suci weda
Teori Ksatria dikemukakan oleh Prof Dr.Ir JL.Moens
-adanya kekacauan politik/perang di india pada abad, 4-5m. Prajurit yang kalah menyingkir ke indonesia dan mendirikan sebuah kerajaan.
Teori Wasiya dikemukakan oleh N.J Krom.
-pedagang dari kasta waisya yang ikut menyebarkan kebudayaan agama hindu.
Teori Sudra dikemukakan oleh Von Van Veder
-mengubah kehidupan karena diindia mereka hidup sebagai pekerja kasar dan budak.
Teori Campuran baik brahmana,sudra dll.
-ikut menyebarkan agama hindu dan budha diindia.
Teori Arus BalikTeori ini dikemukakan oleh F.D.K.Bosch yang menyatakan bahwa pada mulanya golongan agama menyebar ke berbagai negara melalui jalur yang dilalui oleh para pedagang. Dibeberapa tempat mereka berusaha menjalin hubungan yang baik dan memperkenalkan Hindu-Budha. Pada perkembangan selanjutnya orang Indonesia sendiri datang ke India untuk mempelajari Hindu-Budha setelah memperoleh ilmu yang banyak mereka kembali lagi ke Indonesia untuk menyebarkan ajaran Hindu-budha. [2]
Budha sebagai suatu ajaran dapat berkembang menjadi suatu agama dengan kitab sucinya. Tripitaka (tiga keranjang) yang menggunakan bahasa Pali bahasa rakyat Magadha. Untuk selanjutnya agama Budha berkembang menjadi dua aliran yaitu aliran Mahayana (kendaraanbesar) dan aliran Hinayana (kendaraan kecil). Kemudian kedua agama yaitu Hindu-Budha tersebut berkembang keberbagai negara di Asia Timur maupun Asia Tenggara termasuk ke Indonesia yang akhirnya mempengaruhi kebudayaan Indonesia.
B. Interaksi dengan kebudayaan Indonesia dan perkembangannya
Proses Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik) yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia.
C. Persamaan dan perbedaan dengan Hindu dan Budha India
Salah satu contoh kesamaan ajaran yang bisa dijumpai di berbagai daerah di Indonesia maupun di India adalah Keyakinan yang dikenal dengan nama Panca Sradda, yaitu :[3]
-Percaya dengan adanya Tuhan.
-Percaya dengan adanya Atman.
-Percaya dengan adanya Hukum Karm dan Phala.
-Percaya dengan adanya ReInkarnasi/Punarbawa/Samsara.
-Percaya dengan adanya Moksa.
Ikhtisar wujud kulturasi kebudayaan Indonesia dengan India.
1. Bahasa - Dikenalnya bahasa Sansekerta. Yang kemudian menambah perbendaraan bahasa Melayu/bahasa Indonesia.
- Dikenalnya huruf Pallawa yang akhirnya berkembang menjadi huruf Jawa kuno, Bali dan Bugis.
2. Religi - Dikenalnya agama Hindu dan agama Budha yang sudah mengalami Sinkritisme dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
3. Organisasi Sosial - Dikenal sistem pemerintahan kerajaan yang
Kemasyarakatan dipimpin oleh seorang raja yang dikultuskan
menjadi seorang dewa.
- Pemilihan raja tidak selalu turun temurun tetapi ada
yang menggunakan prinsip musyawarah.
- Dikenalnya sistem kasta yang memiliki peranan
dan fungsi yang berbeda di India.
4. Sistem Pengetahuan - Dikenalnya sistem kalender berdasarkan tahun saka dan penulisan tahun saka dengan menggunakan Candrasangkala.
5. Peralatan Hidup - Dikenal teknologi pembuatan candi dan bangunan
dasar punden berundak dan berfungsi sebagai tempat pemujaan nenek moyang atau dihubungkan dengan raja yang sudah meninggal.
6. Kesenian - Adanya relief candi yang mengambil kisah Ramayana atau Lalitawistara dengan suasana kehidupan di Indonesia.
- Kisah Ramayana dan Mahabarata yang sudah disalin ke dalam bahasa Jawa Kuno dan ada penambahan tokoh puna kawan.
- Kisah tersebut menjadi sumber cerita/lakon pertunjukan wayang dengan perubahan karakter dari tokoh cerita.
-Agama Hindu menggunakan bahasa Sansekerta dan tulisan palawa yang hanya di gunakan dan di mengerti oleh kaum Brahmana dan Ksatria saja. Sedangkan pada Agama Budha bahasa yang digunakan adalah bahasa keseharian yang dipakai oleh Bhiksu dan Bhiksuni (Parkit).[4]
-Agama Hindu menggunakan kasta sedangkan Agama Budha tidak mengenal adanya kasta. Sehingga kedudukanpun di mata Agama Budha sama.
-Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria dan bangsa Dravida
-Muncul sebagai upaya pencarian jalan lain menuju kesempurnaan yang dipimpin Sidharta
-Kehidupan masyarakat dikelompokkan menjadi 4 golongan yang disebut Kasta (kedudukan seseorang dalam masyarakat diterima secara turun-temurun/ didasarkan pada keturunan).
-Tidak diakui adanya kasta dan memandang kedudukan seseorang dalam masyarakat adalah sama.
-Kitab suci, WEDA Kitab Suci, TRIPITAKA Mengakui 3 dewa tertinggi (Trimurti).
-Sidharta Gautama sebagai pemimpin agama Budha Agama
-Hindu hanya dapat dipelajari oleh kaum pendeta/Brahmana
-Agama Budha dapat dipelajari dan diterima oleh semua orang tanpa memandang kasta.
-Adanya pembedaan harkat dan martabat/hak dan kewajiban seseorang
-Tidak mengenal pembagian hak antara pria dan wanita.
-Agama Hindu hanya bisa dipelajari dengan menggunakan bahasa 
Sansekerta.
-Agama Budha disebarkan pada rakyat dengan menggunakan bahasa Prakrit
-Kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai dengan bantuan pendeta Setiap orang dapat mencapai kesempurnaan asal dapat mengendalikan diri sehingga terbebas dari samsara.





DAFTAR PUSTAKA
1.     Hadiwiyono, Harun, Agama Hindu dan Budha. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989.
2.     Bosch, F.D.K., Masalah Penyebaran Kebudayaan Hindu Di Indonesia.  Brathara, (tt).
3.     Abdul Manaf, Mudjahid,  Sejarah Agama-Agama.  Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.



  1. [1] Abdul Manaf, Mudjahid,  Sejarah Agama-Agama.  Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.hml 20
[2] Ibid.
[3] Bosch, F.D.K., Masalah Penyebaran Kebudayaan Hindu Di Indonesia.  Brathara, (tt). yang menyatakan bahwa pada mulanya golongan agama menyebar ke berbagai negara melalui jalur yang dilalui oleh para pedagang.
[4] Hadiwiyono, Harun, Agama Hindu dan Budha. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989 Agama Hindu menggunakan bahasa Sansekerta dan tulisan palawa yang hanya di gunakan dan di mengerti oleh kaum Brahmana dan Ksatria saja. Sedangkan pada Agama Budha bahasa yang digunakan adalah bahasa keseharian yang dipakai oleh Bhiksu dan Bhiksuni (Parkit).