Oleh :
Muhammad Sairi
Dan Fauzan Hilmi
Aulia Adibah
Rayyan Adhela Anwar
Sebagaimana telah di sebutkan dalam panca sradha agama hindu bahwa mereka mempercayai akan adanya Tuhan/Dewa.
Brahmana pada dasarnya merupakan ajaran teologi yang secara sentral berbicara tentang hubungan zat tuhan sebagai prima kausa bagi kejadian segala alam dan isinya. Ajaran ini pada hakikatnya meliputi keyakinan akan adanya penguasa tunggal atas segala jagat raya ini yang memungkinkan tuhanlah satu-satunya Brahman yang menguasai alam ini. sebagai manusia juga berada dalam kekuasaannya. Brahmanalah yang menjadikan segala yang ada, sekaligus Brahman ada pada segala kejadian yakni alam dan seisinya.
b. Trimurti
apa itu trimurti?
Mayoritas orang menyebut trimurti dengan “trinitas” atau (tritunggal), dari India, tetapi bukan dalam artian trinitas dalam agama kristen, itu sudah berbeda sekali pengertiannya. Yang artinya tiga Tuhan dalam kepribadian yang berbeda. Trimurti itu sebentuk usaha dalam menyatukan, mewujudkan sesuatu. (brahma, shiwa dan wisnu). Dalam hal ini brahma yang menjadikan dunia, wisnu yang memelihara dunia dan siwa yang menghancurkan/merusak dunia.
apa itu trimurti?
Mayoritas orang menyebut trimurti dengan “trinitas” atau (tritunggal), dari India, tetapi bukan dalam artian trinitas dalam agama kristen, itu sudah berbeda sekali pengertiannya. Yang artinya tiga Tuhan dalam kepribadian yang berbeda. Trimurti itu sebentuk usaha dalam menyatukan, mewujudkan sesuatu. (brahma, shiwa dan wisnu). Dalam hal ini brahma yang menjadikan dunia, wisnu yang memelihara dunia dan siwa yang menghancurkan/merusak dunia.
Dewa Brahman
Dewa Brahma Menurut ajaran agama Hindu yang dipandang sebagai salah satu Brahman (sebutan Tuhan dalam konsep Hinduisme), yang bergelar sabagai Dewa Pencipta. Dewa Brahma juga dijuluki sebagai Dewa Pengetahuan dan Kebijaksanaan. Perwujudan yang dimiliki Dewa Brahma yaitu bermuka empat, dimana setiap muka menunjuk pada arah mata angin, memiliki empat tangan, menunggangi angsa atau duduk diatas teratai. Dewa Brahma memiliki siklus hidup yaitu 100 tahun kalpa dimana 1 kalpa adalah 3.110.400.000.000 tahun.
Dewa Wisnu
dalam ajaran Hindu, Dewa Wisnu bergelar sebagai shtiti atau Dewa Pemelihara yang melindungi segala sesuatu yang sudah diciptakan oleh Brahman. Dewa Wisnu memiliki perwujudan yaitu bertangan empat sama halnya seperti Dewa Brahma, memiliki warna kulit yang kebiruan bahkan cenderung biru gelap, memakai mahkota dan memakai sepasang giwang. Dewa Wisnu juga selalu membawa empat benda yaitu terompet kulit kerang (panchajanya), cakram (sudharsana), gada (komodaki), dan bunga lotus.
dalam ajaran Hindu, Dewa Wisnu bergelar sebagai shtiti atau Dewa Pemelihara yang melindungi segala sesuatu yang sudah diciptakan oleh Brahman. Dewa Wisnu memiliki perwujudan yaitu bertangan empat sama halnya seperti Dewa Brahma, memiliki warna kulit yang kebiruan bahkan cenderung biru gelap, memakai mahkota dan memakai sepasang giwang. Dewa Wisnu juga selalu membawa empat benda yaitu terompet kulit kerang (panchajanya), cakram (sudharsana), gada (komodaki), dan bunga lotus.
Dewa Siwa
dalam ajaran agama hindu merupakan salah satu dari Trimurti. Dewa Siwa bertugas sebagai penghancur atau pelebur alam semesta dan isinya. Dewa Siwa bertugas melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tak layak di dunia fana lagi sehingga segala sesuatu itu harus di kembalikan ke tempat asalnya. Perwujudan Dewa Siwa yaitu bermata tiga (trinetra), terdapat hiasan pada kepalanya yang berbentuk bulan sabit, memakai ikat pinggang dari kulit harimau dan terdapat ular kobra yang melilit di lehernya.
Para Dewa Hindu memiliki simbol yaitu berupa huruf. Dilihat dari simbol hurufnya, ketiga dewa ini memiliki makna yang istimewa. Dewa Brahma memiliki simbol huruf “A”, Dewa Wisnu memiliki simbol huruf “U”, dan Dewa Siwa memiliki simbol huruf “M”. Apabila ketiga huruf ini disatukan, akan menjadi 1 kata yaitu “AUM” atau dibaca “OM (ॐ)” yang merupakan simbol suci bagi umat agama Hindu.
c. Sembahyang
Terdapat penekanan yang
mensentralkan Meditasi sebagai jalan untuk
mengembangkan interioritas kontemplatif. Kontemplasi adalah jalan terakhir sembahyang dalam Vedanta dn dalam sistem Hindu pada umumnya. Disini kitab Upanishad hanyalah sebagai persiapan, membangkitkan pengalaman bathin.
Seorang guru merupakan seorang master kehidupan batin, oleh karena itu Meditasi dengan dibantu oleh seorang guru, yang mengkomuniukasikan kepada Roh.
Setelah proses meditasi semakin menyatu, yaitu mengarah pada kesadaran advaitic, barulah ia dapat mengenal Tuhan secara langsung.
Sedangkan Sembahyang atau Doa dengan mantra suci di dalam Agama Hindu salah satunya yang tertinggi adalah Mantra Gayatri (di Bali adalah sembahyang Tri Sandhya) yang dipanjatkan 3 kali sehari, pagi / subuh, siang dan sore menjelang malam. Mantra bisa diucapkan bersuara atau diucapkan di dalam hati sambil menghayati makna / arti mantra tersebut yang ditujukan kepada cahaya cemerlang Tuhan Yang Maha Esa, mantra diulang-ulang beberapa kali (japa), idealnya 108 kali. Umumnya mantra ini dilakukan secara pribadi, lebih baik dilakukan pada waktu dan tempat yang sama / teratur, misalnya kalau setiap pagi selalu dilakukan tepat jam 5 pagi, sore harinya tepat jam 6 petang.
Posisi japa mantra bisa duduk bersila / bersimpuh, duduk di kursi atau berdiri, bisa menggunakan Japa Mala (Tasbih) menghadap timur atau utara. Bagus menghadap ke timur karena matahari terbit dari timur serta menghadap searah dengan putaran bumi yang juga ke timur.
Namun kita tidak boleh memperlakukan Mantra Gayatri secara sembarangan, hati kita harus selalu murni dan di tempat yang suci dan melafalkan mantra dengan benar serta pemahaman arti mantra.
Mantra ini mempunyai potensi yang tidak terbatas dan merupakan formula yang penuh vibrasi. Mantra Gayatri mempunyai kekuatan yang luar biasa dan tidak terhingga, kekuatan yang sungguh menakjubkan, Gayatri menyelamatkan orang yang mengucapkannya. Mantra Gayatri ditujukan kepada Tuhan yang imanen transenden (Tuhan yang berada dalam kesadaran segala makhluk dan segala sesuatu, tetapi juga melampaui sesuatu).
Mengidungkan Mantra Gayatri membentuk, mengembangkan dan mempertajam kecerdasan dan kemampuan akal budi manusia.