Ajaran Hindu Dharma tentang Etika (sila)
Dalam agama Hindu etika dinamakan
susila, yang berasal dari dua suku kata su berarti baik, sila
berarti kebiasaan atau tingkah laku perbuatan manusia yang baik. Etika
berkedudukan sebagai pengetahuan tata susila mengatur tingkah laku umat manusia
agar tidak menyimpang dari sabda Tuhan. Etika menjadi dasar-dasar pelaksanaan
ajaran agama untuk mencapai Moksa, sesuai pada pustaka Samsamuccaya “Kesedihan atau
penderitaan batin tidak dapat disembuhkan kaum kerabat, akan tetapi dapat
diringankan dengan pertolongan tingkah laku susila. Bersusila adalah jalan
melenyapkan kedukaan hati”.[1]
Tingkah laku (etika)
itu meliputi Trikaya Parisudha; Karma Patha, Trivarga, dan Tat Twam Asi.[2]
1.
Trikaya Parisudha
Trikaya parisuda
berasal dari bahasa Sansekerta. Tri berarti tiga, kaya
atau karya berarti kerja atau perilaku, dan parisudha berarti
upaya penyucian. Jadi, Trikaya parisuda mengandung arti upaya
pembersihan dari tiga macam perilaku kita yaitu:
a.
Dasar perilaku pikiran yang baik
(Manacika)
b.
Dasar perilaku ucapan yang baik
(Vacika)
c.
Dasar perilaku perbuatan badan yang
baik (Kayika)
Maka
dengan adanya pikiran yang baik akan menimbulkan ucapan yang baik, sehingga
menimbulkan perbuatan jasmani yang baik.
Menurut
Hindu Dharma setiap perilaku manusia dalam berlaku susila yang baik akan
menghilangkan segala musuh yang berdiam di dalam hati (batin) manusia. Karena
itu lebih berbahaya daripada musuh dari luar. Musuh batin itu yaitu:
a.
Sadripu
Sad
berarti enam, Ripu berarti musuh. Jadi, sadripu ialah enam jenis
musuh dalam hati yang tidak patut dimiliki umat manusia.
-
Kama: Hawa nafsu yang didorong oleh nafsu inderawi
-
Lobha: Sifat rakus akan membawa orang pada kehinaan
-
Krodha: Kemarahan
-
Mada: Mabuk-mabukan
-
Himsa: Menyiksa makhluk yang tak bersalah
-
Matsarya: Sifat iri hati
b.
Sad Tatayi[3]
Sad
berarti enam, Tatayi berarti pembunuh kejam. Jadi sad tatayi
berarti enam pembunuh kejam, yakni:
-
Agnida : membakar milik orang lain
-
Wisada : meracun orang lain
-
Atharwa : melakukan ilmu sihir
-
Sastraghna : mengamuk sehingga menimbulkan kekacauan
-
Dratikrama : memperkosa wanita
-
Rajapisuna : memfitnah mengakibatkan kematian orang lain
c.
Limama[4]
Yaitu lima perbuatan yang tidak baik, yaitu:
-
Madon : Berzina merupakan perbuatan tercela
-
Maling : Mengambil milik orang lain tanpa izin
-
Main : Berjudi
-
Madat : menghisap atau minum ganja
-
Minum : Meminum minuman keras sampai mabuk
d.
Sapta Timira
Sapta
berarti tujuh, Timira berarti kegelapan. Jadi, saptatimira adalah
tujuh macam kegelapan (perbuatan yang tidak baik), yakni:
-
Surupa (kelituhayuan) : Sombong karena memiliki kecantikan
-
Dhana (Kesugihan) : Sombong karena merasa dirinya kaya
-
Guna (Kaprajnan) : Sombong karena merasa dirinya pandai
-
Kulina (kewangsanan) : Sombong karena kebanggaan keturunan ningrat
-
Yowana (Kayohanan) : Sombong karena merasa dirinya kuat, menyomvongkan masa
muda, berbuat sewenang-wenang
-
Sura (Minuman keras) : Mabuk karena meminum minuman keras
-
Kasuran (kawiryan) : Sombong karena kedudukan tinggi.
Tiga sifat manusia itu disebut juga
dengan dasa Indriya. Yang mana dapat ditangkal dengan panca yama
brata dan panca niyama brata yakni:[5]
1.
Ajaran panca yama brata
adalah lima jenis ajaran pengendalian diri atas;
-Ahingsa: tidak bunuh membunuh
-Brahmacarya : tidak kawin atau tekun untukmenuntut ilmu
pengetahuan
-Satya : berlaku benar dan jujur
-Awyawaharika : tidak bertengkar atau tidak berbuat yang
gaduh
-Astainya : tidak mencuri atau tidak curang
2.
Ajaran panca niyama brata
adalah lima ajaran pengendalian terdiri atas;
-Akrodha : artinya tidak marah kepada siapapun
-Gurususrusa : artinya dapat berperilaku yang hormat dan
sopan kepada sang guru atau acarya
-Sauca : artinya dapat berlaku suci secara lahir dan batin
-Aharalaghawa : artinya makan yang sederhana serta mengatur
tata makanan yang baik dan benar atau tidak makan makanan yang sembarangan
-Apramada : artinya tidak berperilaku yang lalai atau salah
terhadap semua hal yang dilakukan.
2.
Tri Varga
Adalah tiga perincian
dasar tentang tujuan menjelma sebagai manusia ke dunia ini yang terdiri atas: dharma,
artha, dan karma.
a.
Dharma : hukum kebenaran dan kesusilaan
yang merupakan dasar dan jiwa dari segala usaha. Segala bentuk kehidupan di
dunia ini diatur oleh Dharma. Maka Dharma terbagi menjadi empat:
1.
Dharma Karya adalah kewajiban umat
untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ini akan terlaksana apabila
dilandasi dengan:
-
Dana Paramita : suka berbuat kebajikan
-
Ksanti Paramita : suka mengampuni kesalahan orang lain
-
Virya Paramita : mengutamakan kebenaran
-
Prajna Paramita : bersikap tenang dan bijaksana
-
Dhyana Paramita : merasa semua ini ciptaan Tuhan, hingga wajib menyayangi
makhluk hidup
-
Sila Paramita : mengutamakan bekerja daripada tidak bekerja
2.
Dharma Sentosa berarti tidak selalu
gelisah dalam menghadapi kesulitan atau penderitaan.[6]
3.
Dharma Putus berarti berbudi pekerti
yang baik untuk menjauhkan diri dari dosa yang menyebabkan rusaknya moral.
4.
Dharma Jati ialah kewajiban yang
harus dilakukan untuk menjamin kesejahteraan keluarga serta mengutamakan
kepentingan umum daripada kepentingan diri sendiri.
b.
Artha : hasil usaha yang merupakan benda
yang diperoleh dengan cara yang benar. Memiliki harta benda akan menjerumuskna
manusia jika tidak didasarkan pada Dharma atau tidak diamalkan untuk Dharma.
Harta benda itu perlu dan harus diusahakan tetapi harus dengan jalan yang benar
demi untuk memperkokoh Dharma.[7]
c.
Kama : cinta kasih, ketenangan,
kesenangan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Kesenangan tertinggi adalah Moksa,
yaitu bersatuya Atman dengan Brahman.
Dharma, Artha, dan Kama harus
dijalankan dalam suatu rangkaian yang saling melengkapi artinya umat tidak
dapat hanya melaksanakan salah satunya saja. Dalam ayat 12 dari pustaka
sarassamucca menyebutkan bahwa jika memerlukan kekayaan (artha), dharma
itulah yang seharusnya terlebih dahulu dilaksanakan dan dengan jalan demikian
niscaya akan mendapatkan kesenangan (kama), kenikmatan. Sebaliknya jika
tidak dilandasi dharma, maka sukarlah untuk mendapatkan artha dan karma.
3.
Tat Twam Asi
Adalah suatu falsafah
dalam Hinduisme yang mengajarkan kesosialan tanpa batas, disebabkan telah
diketahui bahwa segala makhluk adalah sama, sehingga menolong orang lain
berarti menolong diri sendiri, dan menyakiti orang lain berarti menyakiti diri
sendiri. Tat Twam Asi merupakan dasar utama untuk mewujudkan masyarakat shanti
(damai), kerta raharja (makmur). Ber tat wam asi berarti selalu
mengutamakan cinta kasih, rela berkorban, dan berbakti kepada orang tua guru,
bangsa, dan negara.
Ini
merupakan kondisi manusia dalam berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan
dan kodisi manusia dalam berhubungna dengan Tuhannya. Jika hubungan manusia
dengan Tuhannya itu disebut posisi penyatuan atau Anubawa. Tat wam
asi ini adalah merupakan cara untuk menangkal musuh. Maksud dari tat
twan asi ini adalah “Engkau adalah aku, aku adalah engkau”. Maksud dari
kalimat tersebut adalah kamu adalah saya, jika aku menyakitimu maka aku juga
menyakiti diri saya sendiri. Jika dengan Tuhan (vertikat) berarti Tuhan
adalah saya. Jika saya tidak taat pada Tuhan berarti saya menyakiti Tuhan.
Sebenarnya Yadnya pada dasarnya merupakan
pemberian dengan tulus ikhlas. Lantaran Sang Hyang Widhi menciptakan alam
semesta ini berdsarakna Yadya nya yang kekal abadi, yang merupakan hutang (Rna)
bagi umat manusia pula, maka patutlah umat membayar hutang itu dengan Yadya nya
juga, guna mendapat anugrah, tuntunan, kebahagiaan, kedamaian serta kebebasan
abadi. Hutang (Rna) umat manusia ada tiga macam, yakni:
1.
Dewa Rna : Hutang pengetahuan kepada Dewa, yang patut dibayar
2.
Pitra Rna : Hutang jasa pada para leluhur yang patut dibayar
3.
Rsi Rna : Hutang pengetahuan kepada Rsi yang patut dibayar
Cara membayar hutang yang patut dibayar tersebut ialah
dengan melakukan Panca Yajnab yang terurai sebagai berikut:[8]
1.
Dewa Yadnya : korban suci dengan tulus ikhlas kehadapan Hyang Widhi
dengan jalan cinta Bhakti, sujud memuja serta mengikuti segala ajaran suci Nya,
melalukauan kunjungan ke tempat suci (Tirtha Yatra).
2.
Rsi Yadnya : korban suci yang tulus ikhlas untuk kesejahteraan
para Rsi/Nabi serta mengamalkan segala ajarannya.
3.
Pitra Yadnya : korban suci yang tulus ikhlas pada leluhur dan orang
tua dengan memujakan keselamatannya di akhirat serta memelihara keturunan dan
menurut segala tuntunannya.
4.
Manusa Yadnya : korban suci untuk keselamatan dan
kesejahteraan umat manusia.
5.
Bhuta Yadnya : korban suci kepada sekalian makhluk bawahan yang kelhatan
maupun tidak, untuk memelihara kesejahteraan alam semesta.
4.
Karma Patha
Bermakna pelaksanaan
atau pengendalian tingkah laku yang baik, perkataan yang baik, dan pikiran yang
baik, yang terdiri atas:
a.
Tiga macam pengendalian melalui
tingkah laku: tidak melakukan penyiksaan/ membunuh makhluk yang tidak bersalah;
hanya dibolehkan dalam perang, untuk menyelamatkan jiwa sendiri, untuk
yajna/yadna (menyembelih hewan untuk sesaji).
b.
Tidak melakukan kecurangan terhadap
harta benda dan tidak mencuri.
c.
Tidak berbuat serong: tidak korupsi;
tidak berbuat curang atau tidak mengadakan hubungan segitiga yang dapat
menimbulkan kekeruhan rumah tangga.
d.
Empat macam pengendalian melalui
perkataan: tidak memaki orang lain, tidak berkata kasar, tidak memfitnah, tidak
ingkar pada ucapan.
e.
Tiga macam pengendalian melalui
pikiran: tidak mengingini sesuatu yang tidak halal, tidak berpikiran buruk pada
orang lain, tidak mengingkari hukum karma phala.
Dalam pustaka Sarasamuccaya ayat 75
menyebutkan “Tindakan dan gerak pikiran terlebih dahulu akan dibicarakan ada
tiga, yang diperinci sebagai berikut: tidak ingin dan tidak dengki kepada
kepunyaan orang lain, tidak bersikap kejam terhadap segala makhluk, percaya
akan kebenaran hukum karma phala itulah ketiga pikiran merupakan pengendalian
hawa nafsu”.
Tata
susila / Etika Khusus dalam Agama Hindu
1.
Tata susila Rohaniawan
Sifat-sifat yang harus dimiliki:
a.
Cauca : sifat bersih diri lahir
batin
b.
Akroda : tidak suka marah
c.
Upacama : selalu mengendalikan dalam
pergaulan
d.
Wimatsartwa : tidak serakah
e.
Titiksa : bersioifat sabar, tenang,
tidak gelisah
f.
Anasuya : tidak memiliki dendam
g.
Ksama : suka memaafkan kesalahan
orang lain
2.
Tata susila pegawai
Yang harus dimiliki agar dapat menjalankan kewajibannya:
a.
Jnana Wisesa Sudha : berilmu, baik
ilmu agama maupun ilmu umum
b.
Kaprahitaning praja : memiliki belas
asih kepada rakyat, dan mengadakan perbaikan umum.
c.
Kawiryan : memiliki keberanian untuk
menegakkan kebenaran
d.
Wiwaha : memiliki wibawa
3.
Tata susila Waisya (petani dan
pedagang)
Tugas dan kewajiban waisya adalah sebagai berikut:
a.
Memelihara hewan peliharaannya
b.
Mengerjakan sawahnya
c.
Berdagang, memutarkan uang
d.
Belajar agama pada sulinggih
(pendeta)
e.
Memberikan puja dana untuk kemajuan
dan perkembangan agama
4.
Tata susila Sudra
Sifat yang harus dimiliki ialah jujur, setia, rajin,
beriman, bersopan santun
5.
Tata susila siswa
Yang harus diperhatikan siswa yaitu:
a.
Gurucusiusa : kewajiban
memperhatikan nasehatdan pelajaran dari guru
b.
Guru bhakti : kewajiban untuk
menghormati guru
c.
Satya : ketaatan akan nasehat dan
perintah guru
d.
Brahmacarya : tidak kawin selama
mengikuti pendidikan
6.
Tata susila Grastha (rumah tangga/
keluarga)
a.
Suami istri : suami istri disatukan
atas dasar cinta kasih. Selain itu perkawinan harus dikekalkan dengan
oengesahan adat Hindu. Selain itu sang istri juga harus selalu setia terhadap
suami
b.
Orang tua dan anak-anak : anak harus
selalu menghormati orang tuanya.
c.
Hubungan antara saudara : harus
selalu rukun dan saling menanggung artinya dapat dijadikan tempat berlindung,
Saudara yang lebih kevil mengohrmati yang lebih tua, yang tua menyayangi yang
lebih muda.
d.
Kedudukan anak lelaki : laki-laki
sewaktu-waktu dapat menggantikan ayahnya sebagai penanggungjawab keselamatan
dan kesejahteraan. Selain itu laki-laki punya peranan penting dalam
penyelenggaraan upacara jenazah orang tuanya.
e.
Kedudukan anak perempuan: anak
perempuan harus disayangi. Ia harus diberi petunjuk untuk menempuh arah tujuan
selanjutnya agar tidak putus hubungan dengan saudara-saudarnya
Kesimpulan
SILA – DHARMA KEBAJIKAN MORAL
Pelaksanaan Sila dalam Buddhisme adalah merupakan
suatu kebajikan moral, etika atau tata-tertib dalam menjalani kehidupan dimana
akan mampu menuntun seseorang itu bertingkah laku secara baik dan benar bagi
diri sendiri, orang lain termasuk seluruh alam semesta beserta isinya.
Kebajikan moral dapat dianggap sebagai suatu dasar yang membentuk semua hal-hal
yang positif dalam kehidupan kita saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Rismawati, Kepribadian
dan Etika Profesi, (Yogyakarta: Graha Ilmu), 2008
2.
Supriadi, Etika
dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,
2006
3.
Swabodhi,
Harsha, Upamana Pramana Buddha Dharma & Hindu Dharma, (Sumatra
Utara: Yayasan Perguruan Budaya, 1980
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Maaciww!! Udah mampir di Blog ane, Semoga Bermanfaat, janan lupa likenya ya :)