Gambar

Gambar

Jumat, 19 Juni 2015

KESENIAN YANG DIPENGARUHI OLEH HINDU BUDHA DI INDONESIA



KESENIAN YANG DIPENGARUHI OLEH HINDU BUDHA DI NUSANTARA

 
Berbicara soal seni, tak akan ada habis-habisnya dibicarakan sampai nanti, sebab dengan adanya seni unsur-unsur alam lebih bermakna. Seni rupa zaman Hindu Budha yang saat ini dapat kita liat yaitu, upacara bakar mayat di bali ( ngaben ), candi borobudur di daerah Jawa tengah, dan tari kecak di Bali dan masih banyak lagi peninggalan-peninggalan kebudayaan Hindu Budha yang dapat kita lihat saat ini. Seni Rupa Zaman Hindu Budha adalah masuknya budaya asing yang di bawa oleh negara lain, kerajaan - kerajaan yang berkuasa dan pedagang-pedagang luar yang datang ke Indonesia sehingga tersebar secara, proses imitasi (peniruan), proses adaptasi (penyesuaian), proses kreasi (penguasaan). Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah lainnya. [1]

UNSUR-UNSUR SENI RUPA ZAMAN HINDU BUDHA DI INDONESIA

Ciri-Ciri Seni Rupa Indonesia yang dipengaruhi oleh Hindu
1.      Bersifat Feodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai media pengabdian Raja (kultus Raja).
2.      Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama.
3.      Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra).
4.      Hasil akulturasi ( penggabungan budaya)  kebudayaan India dengan indonesia

Karya Seni Rupa Hindu Budha Indonesia
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
2) Bangunan Pura : Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran yaitu: - Halaman depan terdapat balai pertemuan - Halaman tengah terdapat balai saji - Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa 3) Bangunan Puri : Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat keagamaan. Bangunan–bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde).

b. Seni patung Hindu Budha di Indonesia
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. [2]Orang Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa Untuk membedakan mereka setiap patung diberi atribut ke-Dewaan (laksana/ciri), misalnya patung Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana) hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb, Dalam agama Budha yang dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda–tanda kesucian, yaitu: - Rambut ikal dan berjenggot (ashnisha) - Diantara keningnya terdapat titik (urna) - Telinganya panjang (lamba-karnapasa) - Terdapat juga kerutan di leher - Memakai jubah sanghati

C. Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para Dewa oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta makhluk azaib. Bentuk hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1)

Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3 dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya: - Hiasan mahkota pada atap candi - Hiasan menara sudut pada setiap candi - Hiasan motif kala (Banaspati) pada bagian atas pintu - Hiasan makara, simbar filaster,dll 2)

Hiasan bidang ialah hiasan bersifat 2 dimensional yang terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya : - Hiasan dengan cerita, candi Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi Budha adalah Jataka, Lalitapistara -Hiasan flora dan fauna - Hiasan pola geometris - Hiasan makhluk khayangan.



Manfaat Seni Rupa Zaman Hindu Budha Bagi Masyarakat Indonesia ialah sebagai media religius yaitu menciptakan sebuah seni rupa yang bersifat keagamaan. Sebagai simbolis yaitu sebagai simbol sebuah suku yang di percayai masyarakat - Sebagai komersial yaitu menciptakan sebuah seni rupa yang bertujuan untuk mendapatkan uang, seperti souvenir -Sebagai kesenian daerah ataupun upacara-upacara yang di lakukan di tempat-tempat tertentu. Dari masuknya ajaran Hindu Budha ke Indonesia, telah banyak karya-karya yang di ciptakan, berikut karya-karya yang diciptakan : 1.Candi 2.Pahatan Batu 3. Patung/ Arca

sumber  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9xS49Meai0Q0jQLMF1twEpCP6q9dPMrQYGZQyOGoxFd5QMRRUZvlzaL6F0X-LA45qtHXrHvrByZ6szntDyRk5ejzpSgyh62S4MU7zO7paIRIBlwGvgqvjchfZVXCA-GxT604iaBcAUgE/s1600/1.jpg
 sumber https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG9K-nVV_2XCBlzDDExE-8neCRypMzYV-QOKGpW6Aq_sRNdw6OjB1HtRMHic39kXxRjAZP0Rr9SApsW8Lnb6zT1I1OkAaaN0VUV_IWeejVBjJgdZQUZSf_qlMobHcRYRQNMSqdCf6kbTg/s1600/2.jpg

Seiring berkembangnya zaman, gamelan Bali tidak saja dipengaruhi alat musik dari daerah dan benua lain, tapi juha memberi pengaruh yang kuat kepada perkembangan alat musik didaerah sekitarnya, seperti pada alat musik tradisional Lombok dan Banyuwangi.

WAYANG SEBAGAI HASIL KARYA SENI MASA HINDU BUDHA

Sosok wayang yang sekarang, sebenarnya merupakan perkembangan wayang yang telah ada sejak zaman dulu (Hindu/ Budha). Tokoh-tokoh wayang bahkan dipandang sebagai leluhur yg kemudian menurunkan raja-raja di Jawa. Sedangkan wayang zaman dulu merupakan gambaran sosok pada masanya. Pada waktu itu bahkan sebelum masa Majapahit, baik laki-laki maupun perempuan biasa mengenakan perhiasan telinga, sebagaimana yang dapat kita lihat pada relief candi.
 
Berikut ini adalah contoh bagian-bagian busana dan perlengkapan pada wayang putri, sebagai contoh pada wayang putri berikut adalah Banowati. Sebagai keterangan tambahan terdapat berbagai jenis perlengkapan busana wayang putri  jenis lainnya, berikut adalah beberapa jenis dan modifikasi perlengkapan busana wayang putri. Bentuk gelung pada wayang putri terdiri dari beberapa jenis : 1. Gelung Gondel, seperti tampak pada contoh di atas. 2. Gelung Keling 3. Gembelan 
 
4. Ngore 5. Ngore Panjang 6. Bodolan Bentuk kalung dan sabuk leher pada wayang putri terdiri dari : 1. Kalung dengan ulur-ulur, seperti pada contoh di atas 2. Kalung penanggalan 3. Sabuk leher banyakan 4. Ikat leher.


Perwujudan manusia Buddha mulai muncul pada abad pertama masehi di India Utara. Dua pusat perkembangan kesenian Buddha adalah di Gandhara, kini terletak di Provinsi perbatasan Barat Laut di Pakistan, dan di kawasan Mathura, Uttar Pradesh, di pusat India Utara. Seni rupa Gandhara diuntungkan karena selama berabad-abad bersentuhan dengan kebudayaan Yunani sejak penaklukan Aleksander Agung pada tahun 332 SM. Tumbuhnya kerajaan Yunani-Baktria dan kerajaan Indo-Yunani mendorong tumbuhnya Seni Buddha-Yunani. Arca-arca Buddha dari Gandhara menampilkan pengaruh artistik Yunani, dan disebutkan bahwa gagasan "manusia-dewa" sesungguhnya diilhami oleh budaya Mitologi Yunani. Sebagai contoh, Herakles dengan jubah dan cawat kulit singa (dewa pelindung Demetrius I dari Baktria) "dijadikan sebagai model penggambaran bodhisatwa Wajrapani, pengawal Buddha.
SENI RUPA BUDDHA UTARA

Arca Bodhisatwa Cina dari kayu, dari periode Dinasti Song (960-1279)[3]
Penyebaran ajaran Buddha melalui Jalur Sutra ke Asia Tengah, Cina, dan akhirnya mencapai Korea dan Jepang, dimulai pada abad pertama masehi, dengan catatan semi-legendaris bahwa Kaisar Ming dari Dinasti Han Cina mengirim utusan ke barat untuk memperoleh kitab suci Buddha dan membawa ajaran Buddha ke Tiongkok. Akan tetapi sepertinya penyebaran Buddha ke Tiongkok ini merupakan konsekuensi logis dari perkembangan Kekaisaran Kushan ke wilayah Cina di Cekungan Tarim pada abad ke-2, diikuti dengan upaya misi penyebaran ajaran Buddha dari Asia Tengah ke negeri Cina. Beberapa penyebar ajaran Buddha ini menerjemahkan kitab-kitab suci Buddha ke dalam Bahasa Tionghoa, seperti Biksu Lokaksema, yang mungkin berasal dari Parthia, Kushan, Sogdiana atau Kuchea.
Misi penyebaran ajaran Buddha di sepanjang Jalur Sutra diiringi dengan menyebarnya pengaruh seni rupa, seperti terlihat dalam perkembangan seni rupa Serindia dari abad ke-2 hingga ke-11 masehi di Basin Tarim (kini wilayah Xinjiang). Seni rupa Serindia seringkali berasal dari seni Yunani-Buddha Gandhara (kini Pakistan), memadukan seni India dengan pengaruh Yunani-Romawi. Pengaruh seni Yunani-Buddha ini dapat ditemukan hingga ke Jepang, melalui motif arsitektur, citra Buddha, dan perwujudan kami (dewata Jepang).

 

AFGANISTAN


Arca dari biara Buddha, tahun 700 M, Afghanistan.
Seni rupa Buddha di Afganistan (Baktria Kuno) bertahan selama beberapa abad hingga penyebaran Islam pada abad ke-7 masehi. Contohnya adalah Patung Buddha Bamiyan. Patung lainnya termasuk stuko dan patung tanah liat, menampilkan pengaruh kuat campuran seni India pasca-Gupta dan pengaruh klasik Helenisme, bahkan mungkin pengaruh Yunani-Romawi.
Dampak awal penaklukan Islam terhadap seni rupa Buddha secara umum bersifat merusak. Meskipun Islam bertoleransi terhadap agama lain yang termasuk Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), Islam di Afganistan tidak toleran terhadap Buddhisme yang dianggap agama pemujaan berhala. Perwujudan manusia juga dilarang dalam Islam, sehingga mendorong penakluk Muslim menghancurkan banyak biara dan artefak Buddha. Akibatnya, seni rupa Buddha di Afganistan menderita serangan, vandalisme, dan perusakan, yang mencapai puncaknya pada pemerintahan rezim Taliban. Arca Buddha di Bamiyan dan patung-patung di Hadda, serta beberapa artefak di museum Afganistan telah dihancurkan. Konflik berkepanjangan sejak 1980 telah mengarah pada penjarahan sistematis pada situs-situs arkeologi yang menjual artefak-artefak ini ke pasar kolektor benda antik internasional.

ASIA TENGAH

Asia Tengah sejak lama memainkan peranan sebagai penghubung antara peradaban Cina, India, dan Persia. [4]Pada abad ke-2 SM, perkembangan Dinasti Han ke barat meningkatkan kontak dengan peradaban Hellenisme di Asia, terutama kerajaan Yunani-Baktria. Dari India Utara, Pakistan, dan Afganistan, ajaran Buddha menyebar ke utara melalui celah-celah pegunungan, memasuki Asia Tengah, mengikuti Jalur Sutra lalu berbelok ke timur mencapai Cina.

DINASTI-DINASTI UTARA


Buddha Maitreya dinasti Wei Utara Cina, 443 M.
Pada abad ke-5 dan ke-6, dinasti-dinasti Utara mengembangkan wujud seni abstrak yang simbolik dengan garis-garis skematik. Gayanya bersifat agung dan resmi. Kekurangan "korporealitas" dalam seni rupa aliran ini menggambarkan ideal pencerahan dalam cara yang dapat dibayangkan, kemudian secara progresif mengarah kepada perubahan menuju gaya yang lebih naturalis dan realis, seperti yang ditemui dalam seni rupa Buddha periode dinasti Tang.

DINASTI TANG

Menyusul transisi pada masa Dinasti Sui, seni patung Buddha Dinasti Tang berevolusi menuju gaya dan ekspresi yang lebih hidup. Karena sikap dinasti ini yang terbuka akan pengaruh asing, pertukaran budaya antara Cina dan India diperbarui kembali dengan sejumlah perjalanan ziarah biksu Cina ke India. Salah satunya perjalanan Biksu Xuanzang yang mengilhami novel sastra Cina Perjalanan ke Barat. Seni patung Buddha dinasti Tang meneruskan gaya klasik yang diilhami seni India periode Gupta. Pada saat itu, ibu kota Cina, Chang'an (kini Xi'an) menjadi pusat penting Buddhisme. Dari sana, ajaran Buddha menyebar ke Korea, dan serangkaian misi diplomatik Jepang kepada dinasti Tang semakin memperkuat pengaruh ajaran Buddha di Jepang.
Bodhisatwa dari dinasti Tang.
Buddha aliran Chan yang menjadi asal mula aliran Zen di Jepang, terus berkembang hingga beberapa abad selanjutnya, terutama pada periode Dinasti Song (960-1279), ketika biara Chan menjadi pusat budaya dan pembelajaran.
Potret Biksu Buddha Zen Wuzhun Shifan, dilukis pada tahun 1238, Dinasti Song.
Lukisan awal karya para biksu Chan cenderung menjauhkan diri dari realisme rumit dari lukisan gaya Gongbi, dan lebih menuju lukisan monokrom hitan-putih yang lebih bergairah dalam upaya untuk mengekspresikan dampak pencerahan atas guratan kuas mereka.
Kebangkitan Neo-Konghucu di bawah Zhu Xi di abad ke-12 menimbulkan kritik atas karya biksu-pelukis. Dihubungkan dengan Buddhisme Chan yang saat itu tidak populer, akibatnya karya mereka dibuang dan diabaikan. Beberapa lukisan diselamatkan dan dibawa ke Jepang oleh biksu Zen yang berkunjung ke Tiongkok; meskipun demikian lukisan Chan secara perlahan memudar.

SENI RUPA BUDDHA SELATAN

Bentuk ajaran Buddha Theravada yang ortodoks, juga dikenal sebagai Buddha aliran Selatan, hingga kini             masih dipraktikkan di Sri Lanka, Myanmar (Burma), Thailand, Laos, dan Kamboja. Selama abad ke-1 Masehi, aktivitas Jalur Sutra di darat cenderung terhalang oleh munculnya kerajaan Parthia di Timur Tengah, yang merupakan musuh Roma. Dengan semakin makmurnya Romawi maka permintaan mereka akan barang mewah dari Asia seperti rempah, sutra, dan keramik kian meningkat. Tuntutan ini menghidupkan kembali hubungan perniagaan laut antara Laut Mediterania dan Cina, dengan India sebagai perantara pilihan. Jalur Sutra maritim ini menghubungkan Laut Merah, Teluk Persia, Laut Arab, Samudra Hindia, Teluk Benggala, Selat Malaka, dan Laut Cina Selatan. Sejak saat itu, melalui hubungan perdagangan, pemukiman komersial, dan bahkan intervensi politik, India mulai sangat memengaruhi kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara. Rute perdagangan India terkait dengan Burma selatan, Siam tengah dan selatan, Indonesia barat, Kamboja selatan, pesisir Vietnam; maka banyak pemukiman dan bandar yang didirikan di sana.
Buddha Kamboja, abad ke-14 M

Myanmar


Arca Buddha gaya Mandalay
Sebagai negara tetangga India, Myanmar (Burma) secara alami sangat dipengaruhi oleh bagian timur wilayah India. Orang Mon dari Burma bagian selatan dikatakan telah menganut ajaran Buddha sekitar tahun 200 SM di bawah penyebaran agama oleh Raja Ashoka dari India, sebelum perpecahan antara aliran Buddha Mahayana dan Hinayana.

KAMBOJA


Bodhisatwa Lokeswara, Kamboja abad ke-12.
Kamboja adalah pusat Kerajaan Funan, yang memperluas wilayah pengaruhnya hingga ke Burma dan sejauh Malaysia di selatan pada kurun antara abad ke-3 hingga abad ke-6. Pengaruhnya tampaknya hanyalah dalam bidang politik, sebagian besar pengaruh budaya datang langsung dari India.

 

 

 


THAILAND


Phra Atchana Wat Si Chum, Provinsi Sukhothai, Thailand
Dari abad pertama sampai abad ke-7, seni rupa Buddha di Thailand pertama kali dipengaruhi oleh kontak langsung dengan para pedagang India dan perluasan kerajaan Mon, yang mengarah ke penciptaan seni rupa Hindu dan Buddha yang terinspirasi dari Gupta tradisi, dengan berbagai patung-patung monumental.

INDONESIA


Relief rendah di Borobudur.
Arca Buddha di Borobudur.
Arca Awalokiteshwara perunggu berlapis emas gaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di Jambi, Sumatera.
Inilah sekilas penjelasan dan sekaligus ulasan mengenai hasil karya seni rupa Hindu-Buddha Indonesia maupun di beberapa kota besar lainnya.














DAFTAR PUSTAKA
_Benoytosh Bhattacharyya, M.A.,Ph.o. "The Indian Buddhist Iconography". Internet Archive. Osmania University Library. Diakses 29 Januari 2014.
_Advisory Body Evaluation (2003). "Cultural Landscape and Archaeological Remains of the Bamiyan Valley". UNESCO. Diakses 28 Januari 2014.


[1]http://www.academia.edu/9038457/Kesenian_yang_dipengaruhi_Hindu_Budha_di_Nusantara.

[2] Benoytosh Bhattacharyya, M.A.,Ph.o. "The Indian Buddhist Iconography". Internet Archive. Osmania University Library. Diakses 29 Januari 2014.
[4] Advisory Body Evaluation (2003). "Cultural Landscape and Archaeological Remains of the Bamiyan Valley". UNESCO. Diakses 28 Januari 2014.


































Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Maaciww!! Udah mampir di Blog ane, Semoga Bermanfaat, janan lupa likenya ya :)