KESENIAN YANG DIPENGARUHI OLEH HINDU BUDHA DI NUSANTARA
Berbicara soal seni, tak akan ada
habis-habisnya dibicarakan sampai nanti, sebab dengan adanya seni unsur-unsur
alam lebih bermakna. Seni rupa zaman Hindu Budha yang saat ini dapat kita liat
yaitu, upacara bakar mayat di bali ( ngaben ), candi borobudur di daerah Jawa
tengah, dan tari kecak di Bali dan masih banyak lagi peninggalan-peninggalan
kebudayaan Hindu Budha yang dapat kita lihat saat ini. Seni Rupa Zaman Hindu
Budha adalah masuknya budaya asing yang di bawa oleh negara lain, kerajaan -
kerajaan yang berkuasa dan pedagang-pedagang luar yang datang ke Indonesia
sehingga tersebar secara, proses imitasi (peniruan), proses adaptasi (penyesuaian),
proses kreasi (penguasaan). Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan
Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang
lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah lainnya. [1]
UNSUR-UNSUR SENI RUPA ZAMAN HINDU BUDHA DI INDONESIA
Ciri-Ciri Seni Rupa Indonesia yang dipengaruhi oleh
Hindu
1. Bersifat
Feodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai media pengabdian Raja (kultus
Raja).
2.
Bersifat Sakral, yaitu kesenian
sebagai media upacara agama.
3.
Bersifat Konvensional, yaitu
kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra).
4. Hasil
akulturasi ( penggabungan budaya) kebudayaan India dengan indonesia
Karya Seni Rupa Hindu Budha Indonesia
a. Seni Bangunan:
1) Bangunan Candi
2) Bangunan Pura : Pura adalah bangunan tempat Dewa
atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek
bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran
yaitu: - Halaman depan terdapat balai pertemuan - Halaman tengah terdapat balai
saji - Halaman belakang terdapat; meru, padmasana, dan rumah Dewa 3) Bangunan
Puri : Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat
keagamaan. Bangunan–bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat
kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde).
b. Seni patung Hindu Budha di Indonesia
Patung dalam agama Hindu merupakan
hasil perwujudan dari Raja dengan Dewa penitisnya. [2]Orang
Hindu percaya adanya Trimurti: Dewa Brahma Wisnu dan Siwa Untuk membedakan
mereka setiap patung diberi atribut ke-Dewaan (laksana/ciri), misalnya patung
Brahma laksananya berkepala empat, bertangan empat dan kendaraanhya (wahana)
hangsa). Sedangkan pada patung wisnu laksananya adalah para mahkotanya terdapat
bulan sabit, dan tengkorak, kendaraannya lembu, (nadi) dsb, Dalam agama Budha
yang dipatungkan adalah sang Budha, Dhyani Budha, Dhyani Bodhidattwa dan Dewi
Tara. Setiap patung Budha memiliki tanda–tanda kesucian, yaitu: - Rambut ikal
dan berjenggot (ashnisha) - Diantara keningnya terdapat titik (urna) -
Telinganya panjang (lamba-karnapasa) - Terdapat juga kerutan di leher - Memakai
jubah sanghati
C. Seni hias Hindu Budha
Bentuk bangunan candi sebenarnya
hasil tiruan dari gunung Mahameru yang dianggap suci sebagai tempatnya para
Dewa oleh sebab itu Candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana alam
pegunungan, yaitu dengan motif flora dan fauna serta makhluk azaib. Bentuk
hiasan candi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1)
Hiasan Arsitektural ialah hiasan bersifat 3
dimensional yang membentuk struktur bangunan candi, contohnya: - Hiasan mahkota
pada atap candi - Hiasan menara sudut pada setiap candi - Hiasan motif kala
(Banaspati) pada bagian atas pintu - Hiasan makara, simbar filaster,dll 2)
Hiasan bidang ialah hiasan bersifat 2 dimensional yang
terdapat pada dinding / bidang candi, contohnya : - Hiasan dengan cerita, candi
Hindu ialah Mahabarata dan Ramayana: sedangkan pada candi Budha adalah Jataka,
Lalitapistara -Hiasan flora dan fauna - Hiasan pola geometris - Hiasan makhluk
khayangan.
Manfaat Seni Rupa Zaman Hindu Budha
Bagi Masyarakat Indonesia ialah sebagai media religius yaitu menciptakan sebuah
seni rupa yang bersifat keagamaan. Sebagai simbolis yaitu sebagai simbol sebuah
suku yang di percayai masyarakat - Sebagai komersial yaitu menciptakan sebuah
seni rupa yang bertujuan untuk mendapatkan uang, seperti souvenir -Sebagai
kesenian daerah ataupun upacara-upacara yang di lakukan di tempat-tempat
tertentu. Dari masuknya ajaran Hindu Budha ke Indonesia, telah banyak
karya-karya yang di ciptakan, berikut karya-karya yang diciptakan : 1.Candi
2.Pahatan Batu 3. Patung/ Arca
sumber https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9xS49Meai0Q0jQLMF1twEpCP6q9dPMrQYGZQyOGoxFd5QMRRUZvlzaL6F0X-LA45qtHXrHvrByZ6szntDyRk5ejzpSgyh62S4MU7zO7paIRIBlwGvgqvjchfZVXCA-GxT604iaBcAUgE/s1600/1.jpg
sumber https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG9K-nVV_2XCBlzDDExE-8neCRypMzYV-QOKGpW6Aq_sRNdw6OjB1HtRMHic39kXxRjAZP0Rr9SApsW8Lnb6zT1I1OkAaaN0VUV_IWeejVBjJgdZQUZSf_qlMobHcRYRQNMSqdCf6kbTg/s1600/2.jpg
Seiring berkembangnya zaman, gamelan
Bali tidak saja dipengaruhi alat musik dari daerah dan benua lain, tapi juha
memberi pengaruh yang kuat kepada perkembangan alat musik didaerah sekitarnya,
seperti pada alat musik tradisional Lombok dan Banyuwangi.
WAYANG
SEBAGAI HASIL KARYA SENI MASA HINDU BUDHA
Sosok wayang yang sekarang,
sebenarnya merupakan perkembangan wayang yang telah ada sejak zaman dulu
(Hindu/ Budha). Tokoh-tokoh wayang bahkan dipandang sebagai leluhur yg kemudian
menurunkan raja-raja di Jawa. Sedangkan wayang zaman dulu merupakan gambaran
sosok pada masanya. Pada waktu itu bahkan sebelum masa Majapahit, baik
laki-laki maupun perempuan biasa mengenakan perhiasan telinga, sebagaimana yang
dapat kita lihat pada relief candi.
Berikut ini adalah contoh
bagian-bagian busana dan perlengkapan pada wayang putri, sebagai contoh pada
wayang putri berikut adalah Banowati. Sebagai keterangan tambahan terdapat
berbagai jenis perlengkapan busana wayang putri jenis lainnya, berikut
adalah beberapa jenis dan modifikasi perlengkapan busana wayang putri. Bentuk
gelung pada wayang putri terdiri dari beberapa jenis : 1. Gelung Gondel,
seperti tampak pada contoh di atas. 2. Gelung Keling 3. Gembelan
4. Ngore 5.
Ngore Panjang 6. Bodolan Bentuk kalung dan sabuk leher pada wayang putri
terdiri dari : 1. Kalung dengan ulur-ulur, seperti pada contoh di atas 2.
Kalung penanggalan 3. Sabuk leher banyakan 4. Ikat leher.
Perwujudan
manusia Buddha mulai muncul pada abad pertama masehi di India Utara. Dua pusat perkembangan kesenian Buddha adalah
di Gandhara, kini
terletak di Provinsi perbatasan Barat
Laut di Pakistan, dan di kawasan Mathura, Uttar Pradesh, di
pusat India Utara. Seni rupa Gandhara diuntungkan karena selama berabad-abad
bersentuhan dengan kebudayaan Yunani sejak
penaklukan Aleksander Agung pada
tahun 332 SM. Tumbuhnya kerajaan Yunani-Baktria dan kerajaan Indo-Yunani
mendorong tumbuhnya Seni Buddha-Yunani.
Arca-arca Buddha dari Gandhara menampilkan pengaruh artistik Yunani, dan
disebutkan bahwa gagasan "manusia-dewa" sesungguhnya diilhami oleh budaya Mitologi Yunani.
Sebagai contoh, Herakles dengan jubah dan cawat kulit singa (dewa
pelindung Demetrius I dari Baktria) "dijadikan sebagai model penggambaran
bodhisatwa Wajrapani,
pengawal Buddha.
SENI RUPA BUDDHA UTARA
Penyebaran
ajaran Buddha melalui Jalur Sutra ke Asia Tengah, Cina, dan akhirnya mencapai
Korea dan Jepang, dimulai pada abad pertama masehi, dengan catatan
semi-legendaris bahwa Kaisar Ming dari Dinasti Han Cina mengirim utusan ke barat untuk memperoleh
kitab suci Buddha dan membawa ajaran Buddha ke Tiongkok. Akan tetapi sepertinya
penyebaran Buddha ke Tiongkok ini merupakan konsekuensi logis dari perkembangan
Kekaisaran Kushan ke
wilayah Cina di Cekungan Tarim pada
abad ke-2, diikuti dengan upaya misi penyebaran ajaran Buddha dari Asia Tengah
ke negeri Cina. Beberapa penyebar ajaran Buddha ini menerjemahkan kitab-kitab
suci Buddha ke dalam Bahasa Tionghoa,
seperti Biksu Lokaksema, yang mungkin berasal dari Parthia, Kushan, Sogdiana atau Kuchea.
Misi
penyebaran ajaran Buddha di sepanjang Jalur Sutra diiringi dengan menyebarnya pengaruh seni
rupa, seperti terlihat dalam perkembangan seni rupa Serindia dari abad ke-2
hingga ke-11 masehi di Basin Tarim (kini wilayah Xinjiang). Seni rupa Serindia seringkali berasal dari
seni Yunani-Buddha Gandhara (kini Pakistan), memadukan seni India dengan
pengaruh Yunani-Romawi. Pengaruh seni Yunani-Buddha ini dapat ditemukan hingga
ke Jepang, melalui motif arsitektur, citra Buddha, dan perwujudan kami (dewata
Jepang).
AFGANISTAN
sumber http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:GBA1(trimmed).jpg&filetimestamp=20060304222714&
Arca dari biara Buddha, tahun 700 M,
Afghanistan.
Seni
rupa Buddha di Afganistan (Baktria Kuno) bertahan selama beberapa abad hingga
penyebaran Islam pada abad ke-7 masehi. Contohnya adalah Patung Buddha Bamiyan.
Patung lainnya termasuk stuko dan patung tanah liat, menampilkan pengaruh kuat
campuran seni India pasca-Gupta dan pengaruh klasik Helenisme, bahkan mungkin
pengaruh Yunani-Romawi.
Dampak
awal penaklukan Islam
terhadap seni rupa Buddha secara umum bersifat merusak. Meskipun Islam
bertoleransi terhadap agama lain yang termasuk Ahli Kitab (Yahudi
dan Nasrani), Islam di Afganistan tidak toleran
terhadap Buddhisme yang dianggap agama pemujaan berhala. Perwujudan manusia juga dilarang dalam
Islam, sehingga mendorong penakluk Muslim menghancurkan banyak biara dan
artefak Buddha. Akibatnya, seni rupa Buddha di Afganistan menderita serangan,
vandalisme, dan perusakan, yang mencapai puncaknya pada pemerintahan rezim Taliban. Arca Buddha di Bamiyan dan patung-patung
di Hadda, serta beberapa artefak di museum Afganistan telah dihancurkan.
Konflik berkepanjangan sejak 1980 telah mengarah pada penjarahan sistematis
pada situs-situs arkeologi yang menjual artefak-artefak ini ke pasar kolektor
benda antik internasional.
ASIA TENGAH
Asia Tengah sejak lama memainkan peranan sebagai
penghubung antara peradaban Cina, India, dan Persia.
[4]Pada
abad ke-2 SM, perkembangan Dinasti Han
ke barat meningkatkan kontak dengan peradaban Hellenisme di Asia, terutama
kerajaan Yunani-Baktria. Dari India Utara, Pakistan, dan Afganistan, ajaran
Buddha menyebar ke utara melalui celah-celah pegunungan, memasuki Asia Tengah,
mengikuti Jalur Sutra lalu berbelok ke timur mencapai Cina.
DINASTI-DINASTI UTARA
Buddha Maitreya dinasti Wei Utara Cina, 443 M.
Pada
abad ke-5 dan ke-6, dinasti-dinasti Utara mengembangkan wujud seni abstrak yang
simbolik dengan garis-garis skematik. Gayanya bersifat agung dan resmi. Kekurangan
"korporealitas" dalam seni rupa aliran ini menggambarkan
ideal pencerahan dalam cara yang dapat dibayangkan, kemudian secara progresif
mengarah kepada perubahan menuju gaya yang lebih naturalis dan realis, seperti
yang ditemui dalam seni rupa Buddha periode dinasti Tang.
DINASTI TANG
Menyusul
transisi pada masa Dinasti Sui,
seni patung Buddha Dinasti Tang
berevolusi menuju gaya dan ekspresi yang lebih hidup. Karena sikap dinasti ini
yang terbuka akan pengaruh asing, pertukaran budaya antara Cina dan India
diperbarui kembali dengan sejumlah perjalanan ziarah biksu Cina ke India. Salah
satunya perjalanan Biksu Xuanzang yang
mengilhami novel sastra Cina Perjalanan ke Barat.
Seni patung Buddha dinasti Tang meneruskan gaya klasik yang diilhami seni India
periode Gupta. Pada saat itu, ibu kota Cina, Chang'an (kini Xi'an) menjadi pusat penting Buddhisme. Dari sana,
ajaran Buddha menyebar ke Korea, dan serangkaian misi
diplomatik Jepang kepada dinasti Tang semakin memperkuat
pengaruh ajaran Buddha di Jepang.
sumber https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglqotvsi7BaISlPhChFxkgvfqhMENKlfuliiFRzi6UPgKODpInYrIohREABBLB3c36gGdb9dFvOTB5lbVtf_F3_OmF7zcDsBobLs5fXxAWYJFBm5P-ZMKpPSWeDHYi4XMvtJ95_VAuymg/s1600/9.jpg
Bodhisatwa dari dinasti Tang.
Buddha
aliran Chan yang menjadi asal mula aliran Zen
di Jepang, terus berkembang hingga beberapa abad selanjutnya, terutama pada
periode Dinasti Song (960-1279), ketika biara Chan menjadi
pusat budaya dan pembelajaran.
sumber https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6eU5zSAXgw9zc-WK8DDpaC8SHmCOOjdJaK4P5xz0UJxtn0ZfWiuvoozY9aurrigRomL0uu0WZkS7DMTAltFJFOXCWk-IxxbNlUzV2IXwVAypz0OdwjplzrsEIjQFB4VJ8h1g96DaVwH8/s1600/10.jpg
Potret
Biksu Buddha Zen Wuzhun Shifan, dilukis pada tahun 1238,
Dinasti Song.
Lukisan
awal karya para biksu Chan cenderung menjauhkan diri dari realisme rumit dari
lukisan gaya Gongbi, dan lebih menuju lukisan monokrom hitan-putih yang lebih
bergairah dalam upaya untuk mengekspresikan dampak pencerahan atas guratan kuas
mereka.
Kebangkitan
Neo-Konghucu di bawah Zhu Xi di abad ke-12 menimbulkan kritik atas karya
biksu-pelukis. Dihubungkan dengan Buddhisme Chan yang saat itu tidak populer,
akibatnya karya mereka dibuang dan diabaikan. Beberapa lukisan diselamatkan dan
dibawa ke Jepang oleh biksu Zen yang berkunjung ke Tiongkok; meskipun demikian
lukisan Chan secara perlahan memudar.
SENI RUPA BUDDHA SELATAN
Bentuk
ajaran Buddha Theravada yang ortodoks, juga dikenal sebagai Buddha aliran
Selatan, hingga kini masih
dipraktikkan di Sri Lanka, Myanmar (Burma), Thailand, Laos, dan Kamboja. Selama
abad ke-1 Masehi, aktivitas Jalur Sutra
di darat cenderung terhalang oleh munculnya kerajaan Parthia di Timur Tengah, yang merupakan musuh Roma. Dengan semakin makmurnya Romawi maka
permintaan mereka akan barang mewah dari Asia seperti rempah, sutra, dan
keramik kian meningkat. Tuntutan ini menghidupkan kembali hubungan perniagaan
laut antara Laut Mediterania
dan Cina, dengan India sebagai perantara pilihan. Jalur Sutra maritim ini
menghubungkan Laut Merah, Teluk Persia, Laut Arab, Samudra Hindia, Teluk Benggala, Selat Malaka, dan Laut Cina Selatan. Sejak saat itu, melalui
hubungan perdagangan, pemukiman komersial, dan bahkan intervensi politik, India
mulai sangat memengaruhi kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara. Rute perdagangan India terkait
dengan Burma selatan, Siam tengah dan selatan, Indonesia barat, Kamboja selatan, pesisir Vietnam; maka banyak pemukiman dan bandar yang
didirikan di sana.
smber https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_M68bYTJUX50cMWFrPWB3IC7HbxKt6oO9fUlNxpYE_7U8U0G_fvd_jsUjIBMCY_9qNANEhzEjnknwdMWJ6555QmsCch2Pzsol3D4oDZjX2B5JSeZaNRVfJi2BWFYBjkXp8gxXWOSCnCw/s1600/11.jpg
Buddha Kamboja, abad ke-14 M
Myanmar
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn7KkkjQIURw7zYCzV1g9W5wSjh9iLWza3xlqxIwdSP-6Snrmtp40mNfOszQJuwtalyTQPSHJ7Ju1DmGR_nttuaUMP_cAzUIB1SJzG9NtBB2emXKyCgkbQzPQuL-Bjn4nJVnRvkkPki_w/s1600/12.jpg
Arca Buddha gaya Mandalay
Sebagai
negara tetangga India, Myanmar
(Burma) secara alami sangat dipengaruhi oleh bagian timur wilayah India. Orang
Mon dari Burma bagian selatan dikatakan telah menganut ajaran Buddha sekitar
tahun 200 SM di bawah penyebaran agama oleh Raja Ashoka
dari India, sebelum perpecahan antara aliran Buddha Mahayana dan Hinayana.
KAMBOJA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh1kh2VX0n961buadN6ntbPmkPoZXIrloJ3tS3Vv-bLsRve5SSZnIHAXePRrJ6QQ6y-WEmo-fCntteyZxq-RdbNIqDV9d5kHqdGSALC002abJMIFbGYFPUHOzjqfDce1lcuvbXngAnvSA/s1600/13.jpg
Kamboja adalah pusat Kerajaan Funan, yang memperluas wilayah
pengaruhnya hingga ke Burma dan sejauh Malaysia di selatan pada kurun antara
abad ke-3 hingga abad ke-6. Pengaruhnya tampaknya hanyalah dalam bidang
politik, sebagian besar pengaruh budaya datang langsung dari India.
THAILAND
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZMJXdmaPwLMW5fZtTJ44-SZkppNstaMKwHGaZoWWH6cHk2GR8-e5uY3biq0Si9yXDCl89PhMP1DH0fql4DkGM7Vrn_dzEgmofGYCp2q7NOkZexu4reY5hokDUT-PZbqDelrdEz_6oy68/s1600/15.jpg
Phra Atchana Wat Si Chum, Provinsi Sukhothai,
Thailand
Dari
abad pertama sampai abad ke-7, seni rupa Buddha di Thailand pertama kali dipengaruhi oleh kontak
langsung dengan para pedagang India dan perluasan kerajaan Mon, yang mengarah
ke penciptaan seni rupa Hindu dan Buddha yang terinspirasi dari Gupta tradisi, dengan berbagai patung-patung
monumental.
INDONESIA
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJ6MmjicRH3OhFdpG7OZB3unWwm2YEDeAEiLwTesCV1CR9uB2Iswjje-FEPmoJaQuaiLVFQKZ0BUxIXY1123he1Ps3ltozHzvcIPj157IQxxd7BVdNgnQx_DUGLLFcVSoqzEa_qgAgAKI/s1600/16.jpg
Relief rendah di Borobudur.
Arca Buddha di Borobudur.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxvIHYAtmFuqBT9jMArhEYjwS6w2b8oeAamiLkABHUhUFblH7HWVaqdRhM9fIvesbCrPZNwmA0MjGLd6IYtuvrS1rAtmet5vdGQ_X8i83KNcOJeaodb9SAcuSHaShabUNfD4HPYVTlZyQ/s1600/18.jpg
Arca
Awalokiteshwara perunggu berlapis emas gaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di
Jambi, Sumatera.
Inilah
sekilas penjelasan dan sekaligus ulasan mengenai hasil karya seni rupa
Hindu-Buddha Indonesia maupun di beberapa kota besar lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
_Benoytosh
Bhattacharyya, M.A.,Ph.o. "The Indian Buddhist Iconography". Internet
Archive. Osmania University Library. Diakses 29 Januari 2014.
_Advisory Body
Evaluation (2003). "Cultural
Landscape and Archaeological Remains of the Bamiyan Valley".
UNESCO. Diakses 28 Januari 2014.
[1]http://www.academia.edu/9038457/Kesenian_yang_dipengaruhi_Hindu_Budha_di_Nusantara.
[2] Benoytosh
Bhattacharyya, M.A.,Ph.o. "The Indian Buddhist Iconography". Internet
Archive. Osmania University Library. Diakses 29 Januari 2014.
[4] Advisory Body Evaluation (2003). "Cultural Landscape and
Archaeological Remains of the Bamiyan Valley". UNESCO. Diakses
28 Januari 2014.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Maaciww!! Udah mampir di Blog ane, Semoga Bermanfaat, janan lupa likenya ya :)