Gambar

Gambar

Kamis, 11 Juni 2015

Tatanan masyarakat, pemerintah, filsafat dan kepercayaan hindu buddha




A.  Tatanan masyarakat
Dari awal abad  masa Hindu dan Buddha di Indonesia beridiri mereka semua menggunakan sistem tatanan masyarakat dengan sistem hanyalah Ajaran Catur Warna yang terbentuk berdasar guna dan karmanya di mana tatanan masyarakat diubah dari warna ke kasta, lagi-lagi untuk menguatkan status quo penguasa ketika itu. Jadi semenjak sebelum abad ke 14 yang memiliki peran penting Ajaran Catur Warna itu. Padahal sebelum abad ke-14, kasta tidak dikenal di Bali/ Jawa. Penjajah Belanda, selama 350 tahun menguatkan sistem kasta karena ini sesuai dengan politik divide et impera – nya. Mengutip dari perkataan sang Buddha dalam buku (Samana yang ditulis oleh Luangta Maha Boowa halaman [64]) bahwasanya ia mengatakan yang membedakan mahluk itu adalah kamma, dari yang paling kasar ke yang paling halus” kamma maksudnya adalah perbuatan. Pikiran kita itu disebut kamma mental (batin), ucapan kita itu disebut kamma verbal sedangkan perbuatan kita disebut kamma tubuh jasmani.
Namun demikian saya yakin lama-kelamaan sistem kasta akan hilang ditelan jaman, karena umat Hindu di Bali semakin terdidik, dan juga bertumbuh kembangnya ilmu pengetahuan dan juga karena pengaruh globalisasi. Misalnya di Buleleng, mayoritas masyarakat tidak menyenangi sistem kasta, dan mereka tidak memperhatikannya. Sistem kasta masih agak kuat di Klungkung, Gianyar, Badung, Tabanan, Karangasem. Itupun sporadis. Bagaimana kiatnya “memerangi” sistem kasta? Ya, perlakukan orang-orang berkasta itu biasa-biasa saja. Hormati mereka berdasarkan inteligensi dan pengabdiannya kepada masyarakat. Bukan karena titel kebangsawanannya.
 Indonesia  jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, masyarakat Indonesia telah memiliki kebudayaan yang cukup layak dan  maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitu saja. Unsur-unsur kebudayaan tersebut diterima, disaring   dan diolah serta disesuaikan dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan Pertama, masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan kebudayaan Indonesia. Kedua, bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan istilah Local Genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolahnya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Seni Bangunan Munculnya budaya Hindu-Buddha (India) di Indonesia sangat besar pengaruhnya terhadap seni bangunan, terutama pada bangunan candi.


Dalam perkembangannya, ada dua corak kerajaan berdasarkan budaya Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu, antara lain, Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram Hindu (Mataram Kuno), Kahuripan (Airlangga), dan Majapahit. Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu terbesar. Adapun kerajaan-kerajaan bercorak Buddha, antara lain, Kerajaan Holing (Kalingga), Melayu, Sriwijaya, dan Mataram Buddha. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Buddha terbesar di Indonesia.

B.  Tatanan Pemerintahan
Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia mengakibatkan terjadinya percampuran atau perpaduan budaya antara kedua kepercayaan itu, namun tidak meninggalkan kepercayaan asli Indonesia, terutama dilihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan terhadap dewa-dewa alam. Dalam bidang sosial, terjadi bentuk perubahan dalam tata kehidupan sosial masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat Hindu diperkenalkan adanya sistem kasta. Dalam bidang ekonomi, tidak begitu besar pengaruhnya dan tidak begitu banyak terjadi perubahan, karena masyarakat Indonesia telah mengenal aktivitas perekonomian melalui pelayaran dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha. Pemerintahan Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan kepala suku. Sistem pemerintahan kepala suku berlangsung secara demokratis, dimana salah seorang kepala suku merupakan pimpinan yang dipilih dari kelompok sukunya, karena memiliki kelebihan dari anggota yang lain. Akan tetapi, setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala suku, melainkan seorang raja yang memerintah atas wilayah kerajaannya secara turun temurun. Bukan lagi ditentukan oleh kemampuan, melainkan keturunan.
C.  Tatanan Filsafat
Kepercayaan Filsafat Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia, bangsa Indonesia telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat animisme dan dinamisme. Kemudian, mengakibatkan terjadinya akulturasi. Dimana-mana kita telah banyak tahu arti dan penjelasan dari dinamisme dan animisme, bahwa kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan ghaib dan kepercayaan pada nenek moyang yang mempunyai kekuatan supranatural yang bisa mendatangkan kebahagiaan bagi yang mempercayainya. Maka tak heran pula lah jikalau Hindu-Buddha masuk ke Indonesia mudah diterima, karena jalan kepercayaan yang mereka bawa dan mereka tawarkan sejalan dengan kepercayaan asli Indonesia yaitu animisme dan dinamisme.
Dibandingkan agama Hindu, agama Buddha lebih mudah diterima oleh masyarakat kebanyakan sehingga dapat berkembang pesat dan menyebar ke berbagai wilayah. Sebabnya adalah agama Buddha tidak mengenal kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan menganggap semua manusia itu sama derajatnya di hadapan Tuhan (tidak diskriminatif). Menurut agama Buddha, setiap manusia dapat mencapai arahat asalkan baik budi pekertinya dan berjasa terhadap masyarakat.
Ia sang Buddha berkeinginan untuk menjadi Buddha: seperti yang diungkapkan oleh Buddha sendiri dalam bukunya Bhikku Kusaladhamma, “Kronologi Hidup Buddha” ia mengatakan “ jika memang kukehendaki, bisa saja aku mengenyahkan semua noda batin (asava) dan membasmi kotoran batin (kilesa) hari ini juga dan menjadi arahat.
         









DAFTAR ISI
_Kusaladhamma, Bhikku. Kronologi Hidup Buddha. Pustaka Karaniya, Oktober 2007. Cet. IV.
_Maha Boowa, Luangta. Samana. Forest Dhamma Publication, Maret 2011. Tanpa keterangan cetakan.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Maaciww!! Udah mampir di Blog ane, Semoga Bermanfaat, janan lupa likenya ya :)